Hingga kini, HIV masih menjadi wabah yang menakutkan bagi masyarakat dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan terdapat sekitar 38 juta jiwa yang hidup dengan HIV dan terdapat sekitar 680.000 orang meninggal karena AIDS. Meski secara global angka ini terus menurun, namun HIV masih menjadi momok bagi masyarakat. Hal ini diperparah dengan jumlah estimasi orang yang tidak mengetahui mereka mengidap HIV sebanyak 16 persen dari jumlah total atau sekitar 6,1 juta jiwa.
Banyaknya jumlah orang yang tidak mengetahui status HIV mereka dapat menjadi bom waktu dalam upaya penanggulangan wabah HIV-AIDS. Orang-orang tersebut berpotensi menyebarkan virus ke orang lain secara tidak sadar sehingga menyulitkan upaya pengendalian wabah HIV. Untuk mengatasi hal tersebut, memperbanyak jumlah skrining HIV di masyarakat merupakan hal yang tepat. Telah banyak upaya yang telah dilakukan, dimulai dari memperbanyak fasilitas kesehatan yang menyediakan tes HIV, hingga menyediakan layanan tes HIV dengan harga yang murah dan gratis. Selain itu, untuk meningkatkan jumlah skrining HIV, ilmuwan juga telah menciptakan berbagai metode tes HIV dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang berbeda-beda.
Pentingnya melakukan tes HIV
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menyarankan semua orang berumur 13 hingga 64 tahun untuk melakukan tes HIV setidaknya sekali sebagai bagian dari medical check up rutin. Bagi orang-orang yang memiliki risiko lebih tinggi terekspos HIV seperti memiliki pasangan seksual lebih dari satu, jarang menggunakan kondom, atau pengguna narkotika suntik, disarankan untuk melakukan tes HIV lebih sering.
Melakukan tes HIV adalah satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kita mengidap virus HIV atau tidak. Mengetahui status HIV sejak dini merupakan langkah vital dalam mendapatkan perawatan dan pengobatan HIV karena gejala AIDS bisa berkembang bertahun-tahun setelah seseorang terekspos HIV. Maka dari itu, tes HIV disarankan untuk dilakukan secara rutin bagi mereka yang telah aktif secara seksual.
Selain melindungi diri sendiri dari AIDS, melakukan skrining HIV sejak dini juga memiliki beberapa manfaat lainnya. Dengan mengetahui status HIV, kita dapat melindungi orang-orang terdekat kita. Kita juga secara tidak langsung berpartisipasi dalam upaya penanganan wabah HIV-AIDS dan membantu pengendalian wabah HIV-AIDS di masyarakat.
Jenis-Jenis Tes HIV
Pemeriksaan HIV pada umumnya menggunakan sampel darah karena darah mengandung paling banyak jumlah virus. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, berbagai metode tes HIV pun dikembangkan. Kini terdapat beberapa jenis pemeriksaan HIV, di antaranya:
– Tes Antibodi/Antigen
Tes ini bertujuan untuk mengukur antibodi dan antigen HIV dalam tubuh. Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh ketika tubuh terinfeksi virus seperti virus HIV sedangkan antigen adalah benda asing yang menyebabkan imun tubuh kita bereaksi. Antigen p24 akan muncul sebelum antibodi terbentuk ketika tubuh terpapar virus. Tes ini yang paling sering dilakukan karena memiliki akurasi yang cukup tinggi.
– Tes Asam Nukleat (NAT)
Tes ini sering disebut juga Tes VIral Load HIV dan digunakan untuk melihat jumlah virus dalam darah. Tes ini membutuhkan sampel darah yang kemudian akan diuji di laboratorium. Tes ini mampu melihat jika seseorang mengidap HIV atau tidak melalui jumlah virus yang terkandung dalam darah. Biasanya, tes ini membutuhkan waktu 18 hingga 45 hari setelah paparan HIV untuk mendeteksi virus dalam tubuh. Keunggulan dari tes ini adalah mampu mendeteksi virus lebih cepat dibandingkan tes antigen/antibodi. Hanya saja, tes ini tergolong mahal dan tidak digunakan untuk skrining secara umum kecuali bagi mereka yang telah berisiko tinggi terpapar HIV.
– Tes Mandiri
Selain melakukan tes di fasilitas kesehatan, tes HIV juga bisa dilakukan secara mandiri menggunakan HIV Test Kit. Alat ini dapat melihat status HIV seseorang melalui sampel darah dalam waktu 10 hingga 15 menit. Hanya saja, tes ini hanya digunakan sebagai skrining awal dan membutuhkan tes konfirmasi lebih lanjut di penyedia layanan kesehatan. Biasanya, tes ini mampu mendeteksi virus dalam tubuh ketika 23 hingga 90 hari setelah paparan HIV telah terjadi.