Cara terbaik agar terhindar dari penularan virus Human Immunodeficiency Virus adalah dengan mengenal HIV AIDS. Anda tentu tidak asing dengan HIV maupun AIDS. Keduanya merupakan kondisi dimana kekebalan tubuh seseorang mengalami penurunan akibat serangan virus. Hal ini mengganggu kesehatan individu, bahkan dapat mengakibatkan kematian jika tidak ditangani.
Jumlah orang dengan infeksi yang menyerang kekebalan tubuh ini dapat kian bertambah setiap tahunnya. Ini menjadikan penyakit tersebut sebagai epidemi yang harus ditanggulangi secara serius. Baik kasus positif maupun kematian akibat penyakit ini masih berusaha untuk dideteksi di Indonesia. Sehingga pemerintah selalu berupaya dengan memberikan edukasi secara tepat kepada masyarakat luas.
Pengetahuan tentang HIV dan AIDS sangat penting agar masyarakat tidak menerima informasi salah. Informasi tentang definisi, tahapan infeksi, hingga siapa saja yang memiliki risiko tinggi terinfeksi virus tersebut harus disampaikan secara lengkap. Dengan begitu, kesadaran masyarakat tentang penyakit ini menjadi lebih meningkat, sehingga angka penularannya bisa dihentikan.
Pengertian Apa itu HIV dan AIDS?
Dua istilah tersebut memang sudah sangat familiar di masyarakat. Kendati begitu, rupanya banyak orang belum mengetahui perbedaan antara kedua istilah tersebut. Walaupun keduanya memiliki keterkaitan yang kuat, namun jelas tidak bisa disamakan.
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiecy Virus. Sesuai dengan namanya, virus ini bekerja dengan cara menurukan sistem imun pada tubuh manusia. Virus tersebut menginfeksi tubuh dan merusak sel CD4. CD4 (Cluster of Differentiation 4) adalah suatu sel pembantu yang penting bagi sistem kekebalan tubuh manusia. Perlu diketahui bahwa semakin banyak jumlah sel CD4 yang hancur, maka kekebalan tubuh manusia juga semakin lemah. Akibatnya, tubuh menjadi mudah diserang virus/bakteri/jamur dan tumbuh sebagai infeksi atau penyakit.
Tubuh manusia memiliki sistem kekebalan yang menjaga dari serangan berbagai virus dari luar. Misalnya, tubuh dengan kondisi fit tidak mudah terkena influenza. Tetapi, hal demikian tidak terjadi pada orang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyebabkan imunitas melemah, sehingga tubuh sulit melawan virus yang menginfeksi.
Sementara itu, AIDS alias Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sekumpulan gejala penyakit yang terjadi akibat menurunnya daya tahan tubuh akibat dari infeksi HIV. Perlu menjadi perhatian bahwa orang dengan AIDS berisiko mengalami infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman, bakteri, virus, atau jamur yang biasanya menyerang orang dengan imunitas buruk. Bentuknya dapat berupa TBC (Tuberculosis), jamur di mulut/tenggorok, dan sebagainya.
Orang yang terinfeksi HIV jika tidak segera ditangani kondisinya akan semakin parah dan berlanjut ke tahap AIDS. Oleh sebab itu, diagnosa dini sangat penting untuk mencegah berkembangnya HIV ke kondisi AIDS.
Orang dengan infeksi HIV jika menjalani pengobatan secara rutin dengan terapi ARV (antiretroviral) memiliki harapan hidup lebih baik karena perkembangan virus dapat dihambat. Seseorang yang berada pada kondisi AIDS bukan berarti ia tidak memiliki harapan hidup, namun risiko penurunan kondisi kesehatan semakin tinggi. Seorang dengan HIV dapat hidup tanpa AIDS, namun seorang dengan AIDS dapat dipastikan terinfeksi HIV.
Tahapan Infeksi HIV hingga AIDS di Tubuh Manusia
Untuk mengenal HIV AIDS secara lebih komprehensif, Anda juga perlu mengetahui tahapan – tahapan infeksinya. Penyakit ini dapat menular melalui darah, cairan vagina, sperma, hingga ASI dari ibu ke bayi. Infeksi HIV AIDS hanya dapat diketahui melalui tes darah. Pada kebanyakan orang, infeksi HIV tidak memiliki gejala yang dapat dilihat kasat mata.
Ketika pertama kali terinfeksi Human Immunodeficiency Virus, tubuh akan memasuki periode jendela (window period). Pada masa ini, orang yang terjangkit dapat menularkan penyakit yang di derita kepada orang lain dan nantinya penyakit ini akan semakin bertambah. Ada 3 tahapan/periode infeksi HIV AIDS.
1. Periode Jendela (Window Period)
Seperti yang disebutkan sebelumnya, periode jendela adalah masa virus masuk ke dalam tubuh. Tahapan ini terjadi hingga 12 minggu pasca terinfeksi dan perkembangan virusnya sangat cepat. Perlu menjadi perhatian bahwa antibodi terhadap virus belum terdeteksi di dalam tubuh, sehingga hasil tes dapat negatif. Anda dapat menyakini bahwa anda tidak terinfeksi HIV jika anda melakukan tes 12 minggu setelah anda melakukan aktivitas berisiko terakhir.
2. Periode HIV
Pada periode HIV, orang dengan HIV akan terlihat sehat dan tidak memiliki gejala sakit apapun. Virus telah dapat terdeteksi melalui tes HIV dan juga dapat menularkan ke orang lain jika tidak segera melakukan pengobatan yang tepat.
3. Periode AIDS – Infeksi Oportunistik
Ini adalah kondisi dimana kekebalan tubuh sudah buruk. Tahapan ini biasanya muncul 5 – 10 tahun setelah terinfeksi, di mana seseorang memiliki viral load tinggi. Orang dengan tahap ini memiliki gejala dan tanda sakit yang munculnya bertahap dan bertambah berat, hingga mengalami infeksi oportunistik. Perkembangan ke fase ini ditandai dengan munculnya kumpulan penyakit, seperti tuberkulosis (TB), jamur pada mulut/tenggorokan, hepatitis, sifilis, dan sebagainya.
Kelompok Orang yang Berisiko Menularkan dan Tertular HIV AIDS
Pada dasarnya, setiap orang memiliki risiko tertular HIV AIDS. Namun, kelompok tertentu memiliki risiko yang lebih tinggi dalam menularkan ataupun tertular HIV AIDS. Dalam upaya mencegah dan menanggulangi HIV AIDS di Indonesia, kelompok dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu populasi kunci dan populasi berisiko. Berikut ini adalah orang yang berisiko terinfeksi HIV AIDS :
1. Populasi Kunci
Populasi ini terdiri dari pekerja seks, pengguna NAPZA suntik (penasun), waria, Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), dan Transgender. Populasi ini merupakan kelompok yang berisiko tinggi tertular maupun menularkan HIV AIDS, terutama melalui perilaku berisiko. Penularan dapat terjadi tanpa disadari karena orang tersebut belum mengetahui statusnya.
2. Populasi Berisiko
Populasi ini terdiri dari warga binaan pemasyarakatan, ibu hamil, pasien TB, kaum migran, pelanggan pekerja seks, dan pasangan orang dengan HIV AIDS. Kelompok ini disebut sebagai populasi berisiko karena biasanya berhubungan langsung dengan populasi kunci, sehingga kemungkinan untuk tertular dan menularkan ke orang lain tanpa disadari dan disengaja menjadi tinggi.
Di luar yang telah disebutkan sebelumnya, masih ada beberapa kelompok yang berisiko tertular HIV AIDS. Orang-orang yang dimaksud tersebut adalah petugas kesehatan, bayi dari ibu yang positif HIV, ataupun ibu rumah tangga dengan pasangan positif HIV. Sehingga, perlu dipahami kembali bahwa infeksi HIV AIDS berisiko dialami oleh orang-orang.
HIV dan AIDS merupakan penyakit yang menyerang imunitas manusia, sehingga membuat tubuh rentan terkena penyakit. Meskipun HIV belum bisa dituntaskan 100%, namun perkembangan virusnya dapat ditekan dengan pengobatan ARV secara rutin. Untuk menekan peningkatan angka positif dan kematian, serta memudahkan temuan kasus orang dengan HIV di Indonesia, masyarakat perlu mengenal HIV AIDS lebih dalam.
Referensi:
Fadli, R. (2020, Desember 3). Jangan keliru, ketahui perbedaan HIV dan AIDS. Halodoc. Retrieved from https://www.halodoc.com/artikel/jangan-keliru-ketahui-perbedaan-hiv-dan-aids
Fadli, R. (2020, November 17). Begini penjelasan tahapan infeksi HIV menjadi AIDS. Halodoc. Retrieved from https://www.halodoc.com/artikel/begini-penjelasan-tahapan-infeksi-hiv-menjadi-aids\
Fadli, R. (2020, November 5). Siapa saja yang berisiko terinfeksi HIV dan AIDS. Halodoc. Retrieved from https://www.halodoc.com/artikel/siapa-saja-yang-berisiko-terinfeksi-hiv-dan-aids
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buku saku HIV AIDS dan IMS. Jakarta: Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. (2018). Pendidikan pencegahan HIV AIDS di sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.